Penggunaan
narkotika dan obat-obatan terlarang ( Narkoba ) di Indonesia sudah sangat
memprihatinkan. Hal tersebut bisa terlihat dari masih tingginya jumlah pecandu
narkoba serta terus meningkatnya aksi penyelundupan obat-obatan terlarang itu
ke Tanah Air. Dari segi pecandu, narkoba tidak hanya dikonsumsi oleh orang
dewasa, tetapi sudah menjadi ‘santapan’ anak-anak. Baik laki-laki maupun
perempuan, saat ini sudah semakin akrab dengan barang haram tersebut.
Dari
kelompok orang dewasa, pecandu narkoba tidak hanya identik dengan orang-orang
‘bermasalah’ dan kondisi ekonomi sulit, tetapi sudah melekat dengan kaum
birokrat dan orang-orang berduit. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri
mengakui penyalahgunaan narkoba sudah menjadi masalah besar dan menduduki
posisi pertama di Indonesia. Itu sebabnya Presiden menegaskan perlu adanya
pembahasan serius mengenai pemberantasan narkoba dan rehabilitasi korban
narkoba. Selain itu, Jokowi juga menginginkan adanya langkah terpadu dalam
pemberantasan narkoba.
“Saya ingin
ada langkah pemberantasan narkoba yang lebih gencar lagi, yang lebih berani
lagi, yang lebih gila lagi, yang lebih komprehensif lagi dan dilakukan secara
terpadu," katanya. Seluruh kementerian/lembaga terkait mulai dari BNN,
Polri, TNI, Kemenkumham, Ditjen Bea dan Cukai, Kemendikbud, Kemenkes, dan
Kemensos tentunya harus terlibat dalam upaya pemberantasan narkoba.
Sementara
itu, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Pol. Anang Iskandar
mengungkapkan masih tingginya jumlah pecandu narkoba di Indonesia menjadi
pemicu maraknya peredaran barang haram tersebut. Itu sebabnya rehabilitasi
menjadi kunci untuk memutus rantai permintaan narkoba. Perang melawan narkoba
tidak hanya fokus pada pemberantasan bandar, tetapi juga rehabilitasi para
pecandu. Selama masih ada pecandu, maka permintaan terhadap narkotika akan
terus ada.
0 komentar:
Posting Komentar